PESANTREN DAN SEMANGAT KEBANGSAAN
Resensi Buku: Masterpiece Islam Nusantara: Sanad dan Jejaring Ulama (Zainul Milal Bizawie, 2016)
Suka atau tidak, mau atau tidak, kemerdekaan yang sudah kita reguk selama 71 tahun ini, adalah tidak lepas dari peran pesantren. Jauh sebelum pesantren banyak terbentuk, "pesantren" masih menjelma menjadi kesultan-an atau kerajaan-kerajaan Islam. Kita semua mungkin sudah mafhum de-ngan perjuangan raja-raja Islam dari mulai Demak, Cirebon, Banten, Mataram, Ternate-Tidore, dan juga Aceh, dimana Aceh adalah yang terlama me-lakukan perlawanan terhadap penjajah. Aceh bahkan waktu itu menjalin ko-munikasi dengan Kesultanan Turki Utsmani untuk menggalang dukungan dan bantuan.
Ulama dan santri, bagi Milal disebut sebagai pejuang bangsa. Laskar ulama santri membela Indonesia tidak hanya dengan emosi, tapi dengan il-mu pengetahuan, spiritual dan strategi. Ilmu yang dimiliki Kiai ditularkan pa-da santri dengan semangat membela tanah air dengan fatwa jihad. Demikian juga spiritual ditanamkan agar punya daya tahandan tidak takut dengan pen-jajah walau dengan senjata seadanya. Sedangkan strategi diatur sebagaimana ketika Rasulullah menghadang musuh-musuhnya.Pengalaman yang dimiliki Pangeran Diponegoro dalam menghadang musuh bangsa diteruskan oleh para pengawal setianya dari kalangan santri. Sejumlah nama seperti Kiai Abdus Salam Jombang, Kiai Umar Semarang, Kiai Abdurrouf Magelang, Kiai Muntaha Wonosobo, Kiai Yusuf Purwakarta, Kiai Muta’ad Cirebon, Kiai Hasan Besari Tegalsari Ponorogo bersama muridnya Kiai Abdul Manan Pa-citan adalah sisa pasukan perang Diponegoro yang menjadi jejaring ulama Nusantara baik lokal maupun internasional.
Downloads
Downloads
Published
Issue
Section
License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.
This work is licensed under a Attribution-NonCommercial 4.0 International (CC BY-NC 4.0).